::

Senin, 17 Agustus 2009

Suatu Pagi di Bandar Lampung

Suatu pagi di Bandar Lampung, kami menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya
melayu, english, (atau singlish) beliau menceritakan pengalaman2
hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis,
spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!"

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu..

"Indonesia doesn’t need the world, but the world needs Indonesia"

"Everything can be found here in Indonesia, u don’t need the world"

"Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan,

dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !"


"Singapore is nothing, we cant be rich without Indonesia . 500.000
orang Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang
yang masuk ke kami, apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun
orang2 indonesia, ga peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah
rumah sakit kami, orang Indonesia semua yang berobat."


"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan
Indonesia masuk? Ya, benar2 panik. sangat terasa, we are nothing."


"Kalian ga tau kan klo Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di
Singapura dan Malaysia, kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras"


"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air
bersih pun kami beli dari malaysia. Saya pernah ke Kalimantan, bahkan
pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari
bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan
si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya
sendiri"


"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo
Indonesia?! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut
kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. Harusnya
KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah dari petani2
kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu
kalian impor klo bisa produksi sendiri."


"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia

will rules the world.."


Sumber: Kaskus

Senin, 10 Agustus 2009

Gaji Papa berapa..???

Membeli kebahagiaan dengan “segepok uang”, cukupkah ????
Gaji Papa Berapa?

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.

Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

“Kok, belum tidur ?” sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, “Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?”

“Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?”

“Ah, enggak. Pengen tahu aja” ucap Sarah singkat.

“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-.
Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?”

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.
“Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong” katanya.

“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Andrew.
Tetapi Sarah tidak beranjak.

Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya,
“Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?”

“Sudah, nggak usah macam-macam lagi.
Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek.
Dan mau mandi dulu. Tidurlah”.

“Tapi Papa…”

Kesabaran Andrew pun habis.
“Papa bilang tidur !” hardiknya mengejutkan Sarah.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya.
Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, “Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. ”

Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih” jawab Andrew

“Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.

“lya, iya, tapi buat apa ?” tanya Andrew lembut.

“Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi..karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa” kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru.
Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.

“Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya”

…Nice story…money is important but certainly not everything.. .

Sumber : parakontel.net

Senin, 03 Agustus 2009

Akhir yang Indah


Berita meninggalnya mbah Surip baru saya dapat siang tadi, ketika tidak sengaja membaca status facebook seorang teman. Berita tersebut sontak mengagetkan saya, yang akhir2 ini cukup sering melihat kemunculan mbah Surip di layar kaca.
Nama mbah Surip bukan nama baru bagi saya, karena saya sudah mendengar nama dan lagunya sejak beberapa tahun yang lalu. "apaan sini orang so bob marley banget", itulah komentar saya dan beberapa teman saya ketika pertama kali melihat sosok mbah Surip. Disamping lagunya yang menurut saya saat itu tak jelas arahnya, gayanya pun membuat saya kurang simpati dengan sosoknya. Belakangan ini, lagu 'tak gendong', tiba-tiba populer dimana-mana, banyak orang memakainya sebagai RBT yang langsung membuat mbah Surip menjadi orang kaya baru, seiring dengan ketenaran lagunya, orang pun mulai ramai membicarakan sosok mbah Surip, ada yang bilang bahwa dia sebenarnya orang kaya yang mau mencoba jadi orang susah, ada yang bilang dia awalnya orang bergaya biasa tapi berubah setelah mengambil kuliah S2 fisafat, ada juga yang bilang dia pernah bekerja di perusahaan minyak di Amerika, tetapi ada juga yang bilang dia memang orang yang susah da sudah seperti itu dari awal. Terlepas dari benar tidaknya omongan orang tentang si Mbah, saya punya opini tersendiri tntang sosok mbah Surip.
Walaupun awalnya tidak suka, akhir-akhir ini saya sangat simpati a sekali melihat mbah Surip, saya sempat beberapa kali melihat kemunculan si mbah di layar kaca, dan sya lihat bahwa si mbah adalah orang yang sangat sederhana dan tuluuuus sekali. Kekayaan besar yang mendadak didapatnya tidak membuat si mbah berubah, gaya dan sikapnya masih sama seperti yang saya lihat ketika si mbah belum seperti sekarang. Bandingkan dengan artis2 baru di Indonesia kebanyakan. Saya ingat pernah melihat salah satu artis yang tiba2 terkenal, "Sekarang Saya klo belanja susah, pasti diatas sejuta", berbeda sekali dengan si mbah yang tetap sederhana dan terlihat sangat menikmati hidupnya. Kabar terakhir si mbah ingin membeli sebuah helikopter, ketika ditanya kenapa ingin membeli helikopter, si mbah menjawab bahwa dia ingin membuktikan bahwa artis Indonesia juga bisa punya helikopter, si mbah gak mau artis Indonesia dipandang sebelah mata. Jawaban yang sederhana tapi tulus menurut saya. Kepergian mbah Surip yang berselang sangat cepat dari masa2 jayanya membuat saya berpikir, mungkin tuhan sengaja memberi hadiah ketenaran dan kekayaan kepada si mbah di akhir hidupnya, untuk kemudian digunakan oleh si mbah untuk membahagiakan orang2 yang dicintainya, sebagai hadiah atas kesederhanaan dan ketulusan si mbah dalam menjalani hidupnya. Mengingatkan kepada kita yang masih hidup akan pentingnya arti kesederhanaan dan ketulusan dalam hidup. Sebuah akhir yang indah bagi si mbah.


Free Blogger Templates by ichung and Bridal Dresses. Powered by Blogger